Wednesday, January 2, 2013

AKU MENJEMPUT LELAP



Tak ada sakit pada rasa, benci, asa ataupun sebuah pengorbanan.
Rasa adalah tindak ikhlas pada langkah, tuntut pun lebur menjadi senyum adanya.
 Karena cinta bukan hanya  dentuman nada!!!...
Aku selallu percaya ke agungan rasa, karena ia tumbuh pada suasana tanpa suatu kehendak, apa maupun siapa. Terkadang kita tidak mampu membendung arusnya, mungkin jika bisa ku umpamakan, ia laksana ilallang malam merindu sang kunang tapi justru rembulan datang menyinarinya...
Ya!,,, siapa bisa menolak derasnya air? Jika ia mendapatkan surga pada genangan tanpa mampu di cerna logika?,,, dan aku merindu itu dari berpuluh adam yang mengatasnamakn rasa namun tetap terbantah akan tercerminnya laku ambisi pada tiap tindaknnya. Sampai kapan? Pada ujung mana titik ini akan menempatkan diri?,,, masih ku tslusuri tetap jalan panjang altar sandiwara dunia tanpa terpahami sebuah tuju.
Salahkah?!,,, jika aku berharap sebuah ketulusan dari zisim cinta?!... rasa yang bisa membuat punjangga menghasilkan maha karya. Laksana qais menjadi majnun untuk seorang laila serta berdendang hanya satu nama. Bisakah dan mungkinkah ada sang adam pada ketulusaaan serta kerelaann hanya untukku?!,,,
Tittt,,, tittt,,, tittt,,, (nada mesage hp berbunyi) camuk gumal batin mirah terhenti. Mulai ia pada penghidupan menjemukan, karena harus memanipulasi tata cara emosi tutur kata pada bunyi persegi panjang di sampingnya singgah pada kenyamanan maya. Ia raih benda itu. Membaca pesan, yang tertera sang pengirim bernama rama.
“kamu dimana mirah?!,,, aku ingin menjemputmu menghabiskan senja hari ini, bersediakah sang ratu tampan yang membaca pesan singkatku ini menyediakan waktu untuk hamba sahyanya?!”
“datanglah ram, tak perlu kau menjadi penyair kacangan hanya untuk meminta waktu. Aku pun sedang di kamar kost ku, kebetulan  jenuh serta ingin mencari penyegaran suasana pula.”
“ha,,, ha,,, kau ini mirah ucapmu slallu membuatku sakit batin. Tapi aku suka,,, aku sudah di depan kost mu. Keluarlah!,,, Berdandanlah yang cantik, biar aku tidak merasa menjemput kawan jenis ku ha,,,ha,,,”
Heum,,, selallu saja tentang penampilanku... sama seperti pria lain ram. Mereka menginginkan ku molek dalam pandangnya, tapi jika kau tau ram, aku benci!!,,, membenci kekaguman pada luapan pandang yang ku anggap binal. Pun juga Dencakan khayal pada sesuatu ia anggap indah serta di telanjangi iringan puji.
(mirah mulai melangkah gontai dari pembaringannya, masih tetap mengenakan kaos lusuh, jeas panjang gombyang, serta tidak menambah warna pada wajah langsat itu. Namun rona wajah menawan tetap nampak di ketajaman sorot mata dan bibir lentik manis).
“kau ini!!... minta ku hanya untuk berdandan susah betul ha,,, ha,,,”
“sudahlah!!!,, ayo berangkat. Bawel kayak emak – emak malah lama – lama. Mau kemana kita? ”
“ikut sajalah, kamu pasti suka tempatnya,,,”
(membutuhkan waktu lama rupanya dalam perjalanan mereka berdua. Kota bengawan dalam propinsi pulau kencana memang di sandingkan wisata pada tawar keindahan panorama pesisir selatannya. laut biru dengan pernik ke asriaan alam, menjadi tujuan tersendiri bagi touris manca negara untuk singgah).
“ok,,, sudah sampai mirah!!...” (rama membangunkan samirah, yang mulai terkantuk di bidang pundak. Dan terlihat mata mirah membelalak meraut keterkejutan,,, tepi pantai berpasir putih. air jernihpun menembus tari gangang laut dalam liuknya. Tak nampak tapal kaki manusia selain mereka berdua, hanya jejak – jejak kupang berpora dalam luntai tanpa ketakutan genggam tangan. Nyiur kelapa, hutan liar serta  deburan ombak menjadi lagu dalam kanfavas jiwa luapan kekaguman mirah pada hembus nafas)
“indah bukan mirah?!...” rama mulai menenkuk kaki di terpal pasir iringi mirah yang sedari tadi berdiri di sampingnya.
“amat sangat indah ram,,, kenapa kamu baru mengajakku?”
“aku pun baru menemkannya lima hari yang lallu, waktu jalan – jalan iseng tanpa tujuan untuk merifres diri dari hingar gunjing kota. Dan semenjak hari itu, aku selallu kesini sendiri untuk menuju senja.( Cakap terhempas tanpa saling pandang ke laut luas....) oh iya?!,,, jam berapa sekarang?”
“jam 17:30 ram,,, mungkin sebentar lagi senja mu menyapa.”
Hening,,,,
Tanpa saling bual kata, cukup alunan melodi pantai menjadi raja suasana.
“itu senja mu ram,,, rona emasnya mulai menguasai peraduan alam”
“benar mirah,,, dan aku ingin mengungkapkan tujuan ku padamu, membawa kesini”
Mirah mengerutkan dahi, ia mulai memandang rama yang masih menatap langit dalam pergantian warna.
“aku ingin melamarmu,,,”
“apa?!,,, kau bercanda ram?!,,,”
“tidak mirah,,, tidak. Aku memintamu seutuhnya”
“tapi tidak mungkin!!...”
“kenpa?,,,” rama masih pada lugas santainya...
“kamu teman ku sedari kita masih kanak-kanak sampai menjejaki dunia kerja. Tak mungkin ku sandingkan kau menjadi suami di suatu pembaringan nanti. Aku tidak mencintaimu ram,,, bisakah nikah tanpa cinta?!”
“memang apa yang kau maknai tentang cinta mirah?,,,”
“kau ini,,, ku tanya malah balik nannya.” Terlihat raut jengkel mirah pada mimik bibirnya...
“jawablah,,, tak susah bukan?! Kau menghendaki itu, berarti kau harus pahami betul apa yang kau inginkan”
“entahlah ram,,, yang ku tau dari kabar surau. Cinta adalah aliran menguasai jiwa, laksana hati mengoprasikan darah pada sendi sendi penggerak tubuh. Cinta membuat surgawi tersendiri di peluk jari yang terungkap pada degup  kencang dalam dada,,, tapi aku tak pernah menemukan hal tersebut pada pria manapun termasuk kamu ram. Cukup dengan alasan ini bukan?!,,, untuk tidak menerima pinangmu?”
Menembus tatap cakrawala...
 menyeruak seringai rama, mendengar lugas polos mirah.
“dangkal sekali kau memaknai rasa mirah... kau tau di mana ruh?”
(mirah sejenak berfkir)
“tidak...”
“tapi kau meyakini dia ada dan merasakannya bukan?”
“iya,,, kalau saya membantah. Sama halnya saya merasionalisasi sang pencipta...”
“ya,,, begitulah rasa dan cinta dalam peguasa kedalamannya mirah. Aku tak bisa memberikanmu alasaan satu kata pun kenapa aku mencintaimu. Terlallu sempit bahasa manapun untuk mewakilinya. Tapi aku merasakannya dan tak pernah ada penguasa lain selain adanya kamu. Dimana letaknya serta kenapa alasannya hanya dirimu, aku tak bisa meminjam kalimat... mugkin ini lemahku mirah...”
Mirah merunduk dalam,,,
Tak ia nikmati lagi, pesona jingga pada tawar senja. Namun  bukan rama namanya jika tak paham gemuruh jiwa mirah teman kecilnya.
Rama mulai memainkan tangannya meraih dagu mirah. Ia tegakan kembali Pandang itu dari ketertundukan.
“lihatlah senja itu mirah,,, ia akan mulai tenggelam berganti malam”
Mirah diam,,,
Tanpa jawab kalimat... hanya nafas menyela keduanya,,,
“suasana teramat indah bersamamammu bagiku untuk hari ini. Temaram ini menjemput lelalp dari lellahnya hinggar bingar siang, seperti aku  yang menyudahi perjalanan masa lajangku. Dan memulaskan ambisi dalam keselarasan bahtera rumah tangga,,, itu pun jika kau berkenan”.
“sejak kapan kau memiliki rasa yang mendalam seperti ungkapmu ram?”
Suara mirah memecah kesunyian,,,
“lama samirah,,, amat teramat lama. Bisa di katakan dari kita masih kanak kanak. Mungkin bisa kau lihat aku yang tak pernah menyandingkan seorang puan manapun untuk sekedar mengisi waktu selain diri mu. Dan selallu menghindar dari mereka yang meginginkanku menjadi kekasih hatinya”
“Kenapa kau tak mengungkapkan sejak lama pula?”
Hembus nafas rama, panjang menata kata,,,
“kerelaanmu di sampingku. itu sudah cukup membuatku senang, tidak perlu kau menjadi pendamping fana ku mirah. Ku cukupkan hasrt menjadi kawan kesah mu... lagi pula aku senang ketika kau menemukan laki-laki yang menurut awal adalah cinta mu, lallu di akhir kau akan datang pada ku mengumpat mereka. Karena rasa mereka hanya mengingnkan sebuah cumbu dari tubuh. Hingga akhirnya kau lellah pada tualang mu seperti saat ini”.
“kau tak cemburu pada saat itu?”
“cemburu pasti... tapi rasa mengalahkan ego ku yang tak mammpu berpola laku, serta menyakiti mu”
“indah mungkin memiliki rasa seperti mu ram,,,”
“(rama tersenyem dengan mengelus kepala mirah) kau pasti akan memiliki nya suatu hari nannti mirah”
“ajarkan aku jika begitu.  jadi,,, tak perlu aku menunggu hari berikutnya bukan?!.. dan aku menerima pinang mu”
“ tidak mirah!,,, tidak !... bukan ini yang ku ingin, tapi kerelaan mu pada konsep rasa yang akan kau bangun”
“kalau aku tak menemukan jua?”
“aku tak akan bersanding dengan puan manapun, jika kau menemukan hasarat yang sama. Barulah kau mengunkap jawab”
“maafkan aku rama,,, maaf untuk tidak kepekaanku sampai saat ini”
“ha,,, ha,,, sudahlah!... tak perlu ada yang di maafkan, mari pulang!... tak baik angin malam laut buat tubuh kita”
Mereka beranjak pergi...
Usai senja,,, jejak kaki menjadi saksi...








3 comments:

  1. semoga setiap jejak yang ada, menjadi saksi

    ReplyDelete
  2. dan setiap langkah akan berkisah pada dunianya,,,, :)

    ReplyDelete
  3. dan.....apalagi yang menjadi kisah dan saksi adalah "dan".

    ReplyDelete