Tak ada sakit pada rasa, benci, asa
ataupun sebuah pengorbanan.
Rasa adalah tindak ikhlas pada langkah,
tuntut pun lebur menjadi senyum adanya.
Karena cinta bukan hanya
dentuman nada!!!...
Aku selallu percaya ke agungan rasa,
karena ia tumbuh pada suasana tanpa suatu kehendak, apa maupun siapa. Terkadang
kita tidak mampu membendung arusnya, mungkin jika bisa ku umpamakan, ia laksana
ilallang malam merindu sang kunang tapi justru rembulan datang menyinarinya...
Ya!,,, siapa bisa menolak derasnya air?
Jika ia mendapatkan surga pada genangan tanpa mampu di cerna logika?,,, dan aku
merindu itu dari berpuluh adam yang mengatasnamakn rasa namun tetap terbantah
akan tercerminnya laku ambisi pada tiap tindaknnya. Sampai kapan? Pada ujung
mana titik ini akan menempatkan diri?,,, masih ku tslusuri tetap jalan panjang
altar sandiwara dunia tanpa terpahami sebuah tuju.
Salahkah?!,,, jika aku berharap sebuah
ketulusan dari zisim cinta?!... rasa yang bisa membuat punjangga menghasilkan maha
karya. Laksana qais menjadi majnun untuk seorang laila serta berdendang hanya
satu nama. Bisakah dan mungkinkah ada sang adam pada ketulusaaan serta
kerelaann hanya untukku?!,,,
Tittt,,, tittt,,, tittt,,, (nada mesage hp
berbunyi) camuk gumal batin mirah terhenti. Mulai ia pada penghidupan
menjemukan, karena harus memanipulasi tata cara emosi tutur kata pada bunyi
persegi panjang di sampingnya singgah pada kenyamanan maya. Ia raih benda itu.
Membaca pesan, yang tertera sang pengirim bernama rama.
“kamu dimana mirah?!,,, aku ingin
menjemputmu menghabiskan senja hari ini, bersediakah sang ratu tampan yang
membaca pesan singkatku ini menyediakan waktu untuk hamba sahyanya?!”
“datanglah ram, tak perlu kau menjadi
penyair kacangan hanya untuk meminta waktu. Aku pun sedang di kamar kost ku,
kebetulan jenuh serta ingin mencari penyegaran suasana pula.”
“ha,,, ha,,, kau ini mirah ucapmu slallu
membuatku sakit batin. Tapi aku suka,,, aku sudah di depan kost mu.
Keluarlah!,,, Berdandanlah yang cantik, biar aku tidak merasa menjemput kawan
jenis ku ha,,,ha,,,”
Heum,,, selallu saja tentang
penampilanku... sama seperti pria lain ram. Mereka menginginkan ku molek dalam
pandangnya, tapi jika kau tau ram, aku benci!!,,, membenci kekaguman pada
luapan pandang yang ku anggap binal. Pun juga Dencakan khayal pada sesuatu ia
anggap indah serta di telanjangi iringan puji.
(mirah mulai melangkah gontai dari
pembaringannya, masih tetap mengenakan kaos lusuh, jeas panjang gombyang, serta
tidak menambah warna pada wajah langsat itu. Namun rona wajah menawan tetap
nampak di ketajaman sorot mata dan bibir lentik manis).
“kau ini!!... minta ku hanya untuk
berdandan susah betul ha,,, ha,,,”
“sudahlah!!!,, ayo berangkat. Bawel kayak
emak – emak malah lama – lama. Mau kemana kita? ”
“ikut sajalah, kamu pasti suka
tempatnya,,,”
(membutuhkan waktu lama rupanya dalam
perjalanan mereka berdua. Kota bengawan dalam propinsi pulau kencana memang di
sandingkan wisata pada tawar keindahan panorama pesisir selatannya. laut biru
dengan pernik ke asriaan alam, menjadi tujuan tersendiri bagi touris manca
negara untuk singgah).
“ok,,, sudah sampai mirah!!...” (rama
membangunkan samirah, yang mulai terkantuk di bidang pundak. Dan terlihat mata
mirah membelalak meraut keterkejutan,,, tepi pantai berpasir putih. air
jernihpun menembus tari gangang laut dalam liuknya. Tak nampak tapal kaki
manusia selain mereka berdua, hanya jejak – jejak kupang berpora dalam luntai
tanpa ketakutan genggam tangan. Nyiur kelapa, hutan liar serta deburan
ombak menjadi lagu dalam kanfavas jiwa luapan kekaguman mirah pada hembus
nafas)
“indah bukan mirah?!...” rama mulai
menenkuk kaki di terpal pasir iringi mirah yang sedari tadi berdiri di
sampingnya.
“amat sangat indah ram,,, kenapa kamu baru
mengajakku?”
“aku pun baru menemkannya lima hari yang
lallu, waktu jalan – jalan iseng tanpa tujuan untuk merifres diri dari hingar
gunjing kota. Dan semenjak hari itu, aku selallu kesini sendiri untuk menuju
senja.( Cakap terhempas tanpa saling pandang ke laut luas....) oh iya?!,,, jam
berapa sekarang?”
“jam 17:30 ram,,, mungkin sebentar lagi
senja mu menyapa.”
Hening,,,,
Tanpa saling bual kata, cukup alunan
melodi pantai menjadi raja suasana.
“itu senja mu ram,,, rona emasnya mulai
menguasai peraduan alam”
“benar mirah,,, dan aku ingin mengungkapkan
tujuan ku padamu, membawa kesini”
Mirah mengerutkan dahi, ia mulai memandang
rama yang masih menatap langit dalam pergantian warna.
“aku ingin melamarmu,,,”
“apa?!,,, kau bercanda ram?!,,,”
“tidak mirah,,, tidak. Aku memintamu
seutuhnya”
“tapi tidak mungkin!!...”
“kenpa?,,,” rama masih pada lugas
santainya...
“kamu teman ku sedari kita masih
kanak-kanak sampai menjejaki dunia kerja. Tak mungkin ku sandingkan kau menjadi
suami di suatu pembaringan nanti. Aku tidak mencintaimu ram,,, bisakah nikah
tanpa cinta?!”
“memang apa yang kau maknai tentang cinta
mirah?,,,”
“kau ini,,, ku tanya malah balik nannya.”
Terlihat raut jengkel mirah pada mimik bibirnya...
“jawablah,,, tak susah bukan?! Kau
menghendaki itu, berarti kau harus pahami betul apa yang kau inginkan”
“entahlah ram,,, yang ku tau dari kabar
surau. Cinta adalah aliran menguasai jiwa, laksana hati mengoprasikan darah
pada sendi sendi penggerak tubuh. Cinta membuat surgawi tersendiri di peluk
jari yang terungkap pada degup kencang dalam dada,,, tapi aku tak pernah
menemukan hal tersebut pada pria manapun termasuk kamu ram. Cukup dengan alasan
ini bukan?!,,, untuk tidak menerima pinangmu?”
Menembus tatap cakrawala...
menyeruak seringai rama, mendengar
lugas polos mirah.
“dangkal sekali kau memaknai rasa mirah...
kau tau di mana ruh?”
(mirah sejenak berfkir)
“tidak...”
“tapi kau meyakini dia ada dan
merasakannya bukan?”
“iya,,, kalau saya membantah. Sama halnya
saya merasionalisasi sang pencipta...”
“ya,,, begitulah rasa dan cinta dalam peguasa
kedalamannya mirah. Aku tak bisa memberikanmu alasaan satu kata pun kenapa aku
mencintaimu. Terlallu sempit bahasa manapun untuk mewakilinya. Tapi aku
merasakannya dan tak pernah ada penguasa lain selain adanya kamu. Dimana
letaknya serta kenapa alasannya hanya dirimu, aku tak bisa meminjam kalimat...
mugkin ini lemahku mirah...”
Mirah merunduk dalam,,,
Tak ia nikmati lagi, pesona jingga pada
tawar senja. Namun bukan rama namanya jika tak paham gemuruh jiwa mirah
teman kecilnya.
Rama mulai memainkan tangannya meraih dagu
mirah. Ia tegakan kembali Pandang itu dari ketertundukan.
“lihatlah senja itu mirah,,, ia akan mulai
tenggelam berganti malam”
Mirah diam,,,
Tanpa jawab kalimat... hanya nafas menyela
keduanya,,,
“suasana teramat indah bersamamammu bagiku
untuk hari ini. Temaram ini menjemput lelalp dari lellahnya hinggar bingar
siang, seperti aku yang menyudahi perjalanan masa lajangku. Dan
memulaskan ambisi dalam keselarasan bahtera rumah tangga,,, itu pun jika kau
berkenan”.
“sejak kapan kau memiliki rasa yang
mendalam seperti ungkapmu ram?”
Suara mirah memecah kesunyian,,,
“lama samirah,,, amat teramat lama. Bisa
di katakan dari kita masih kanak kanak. Mungkin bisa kau lihat aku yang tak
pernah menyandingkan seorang puan manapun untuk sekedar mengisi waktu selain
diri mu. Dan selallu menghindar dari mereka yang meginginkanku menjadi kekasih
hatinya”
“Kenapa kau tak mengungkapkan sejak lama
pula?”
Hembus nafas rama, panjang menata kata,,,
“kerelaanmu di sampingku. itu sudah cukup
membuatku senang, tidak perlu kau menjadi pendamping fana ku mirah. Ku cukupkan
hasrt menjadi kawan kesah mu... lagi pula aku senang ketika kau menemukan
laki-laki yang menurut awal adalah cinta mu, lallu di akhir kau akan datang
pada ku mengumpat mereka. Karena rasa mereka hanya mengingnkan sebuah cumbu
dari tubuh. Hingga akhirnya kau lellah pada tualang mu seperti saat ini”.
“kau tak cemburu pada saat itu?”
“cemburu pasti... tapi rasa mengalahkan
ego ku yang tak mammpu berpola laku, serta menyakiti mu”
“indah mungkin memiliki rasa seperti mu
ram,,,”
“(rama tersenyem dengan mengelus kepala
mirah) kau pasti akan memiliki nya suatu hari nannti mirah”
“ajarkan aku jika begitu. jadi,,,
tak perlu aku menunggu hari berikutnya bukan?!.. dan aku menerima pinang mu”
“ tidak mirah!,,, tidak !... bukan ini
yang ku ingin, tapi kerelaan mu pada konsep rasa yang akan kau bangun”
“kalau aku tak menemukan jua?”
“aku tak akan bersanding dengan puan
manapun, jika kau menemukan hasarat yang sama. Barulah kau mengunkap jawab”
“maafkan aku rama,,, maaf untuk tidak
kepekaanku sampai saat ini”
“ha,,, ha,,, sudahlah!... tak perlu ada
yang di maafkan, mari pulang!... tak baik angin malam laut buat tubuh kita”
Mereka beranjak pergi...
Usai senja,,, jejak kaki menjadi saksi...
semoga setiap jejak yang ada, menjadi saksi
ReplyDeletedan setiap langkah akan berkisah pada dunianya,,,, :)
ReplyDeletedan.....apalagi yang menjadi kisah dan saksi adalah "dan".
ReplyDelete