Sunday, October 16, 2011

narasi malam hari!!...

Entah kenapa tak terlelap mataku malam ini, kau masih menguasai fikirku, dalam putaran waktu, kau mengganggu ku dengan rindu yang semu. Tiap malam ku selusuri waktu hanya untuk menghilangkanmu, tapi kau tetap bersinggah dengan singasana baju kebesaranmu...
Ah hans!!! Aku selalu menghardik sepi, karena ada narasi di tengah ku bermimpi...
Aku benci malam hari, karena dengan pendar bintang kau bersemayam di antaranya. Padahal telah ku buang jauh adamu dari hidupku, karena denganmu ku tau bahagia tak singgah di hadapku. Kau tau hans?! Sengaja ku memilih lain hati agar kau terhengkang dalam kisah yang akan ku banggakan di akhir cerita (karena aku telah memenangkan hati dan tak terkalahkan olehnya). tapi alam sadarku berkehendak lain rupanya, pemeran pengganti itu selalu tak kuasa berganti rupa seperti mu. Hingga ku sandingkan pemeran lain . dan ku buang ketika aku bosan.
Kau kuasai malam ku hans!!!... dan aku jengah dengan semua, aku sengaja mempersibuk diri, hingga waktu pun berputar tanpa aku ketahui. Tapi di senggang waktu kau selallu muncul dalam pelupuk mataku. Dan aku muak dengan hadirmu yang secara tiba-tiba hans, aku lelah dengan kepalaku yang selalu bercerita dan mengembalikan ingatan tentang kamu.bagaimana pun caranya aku menipu diri, tetap kau tak termanipulasi.
Cepatlah pergi hans!!!...
Cepatlah berlalu seperti angin, bukankah kau membelaiku hanya sejenak?! Lalu kita kehendaki agar segalanya terakhiri.
Tapi kenapa?! Aku selallu Bersibuk ria dengan hatiku yang ku kira telah mati,,,,,
***
Samirah lalu membanting diri pada kasur yang ia tak kehendaki, karena di tempat itu dia selalu mengembalikan luka hati yang menganga karena hans. Hans yang pernah mengisi harinya dengan lantunan puisi-pusi yang ia kenang setiap hari.
hujan masih membasahi bumi, dari sudut jendela kamar, percik air tergenang pecahkan sepi lantunan sunyi samirah. samirah masih menengadah dengan kenangnya samirah masih pada rengkuh mutiara pipinya, sedu sedan, ia tenggelamkan pada bantal yang setengah kumal.
ah!!!...
hans...
kenapa kau berganti rupa saat ku mulai menuai rasa. dulu berjejal sekali segala kata manis yang melambungkanku. dulu bergumul sekali laku mu yang menarik perhatianku, tapi kau hengkang tanpa berkabar...
***
“Kau selalu cantik di tengah riuh irama bintang.
Wajahmu membentuk singgasana sendiri pada pendarnya
Tau kah kau?! Hati ini bergemuruh ketika ku menatap malam? Ada kau yang melebihi sang penerang bernama bulan itu.”
Sebuah pesan singkat masuk pada ponsel samirah, samirah membacanya namun terkesan  jengkel pada raut wajahnya.
Hans (sang pengirim pesan singkat itu) tersenyum di satu sudut sisi kamarnya
Arghhhhh!.... apa lagi yang kau inginkan hans, hilang mu kian lama telah bekas kan sebuah luka amat dalam. Apa lagi yang kau mau hans?!... muncul mu tak lagi membuat ku terobsesi seperti dulu untuk jadikan dirimu milikku seutuhnya, enyah kau hans! .... hilanglah dari hidupku. Tak usah kau bermain peran kembali dalam kehidupan ku. (samirah menggerutu) ia banting hand phone dari genggamannya, ia kenakan baju agung malamnya. rok amat mini, singlet, serta sepatu ber hak tinggi, tak luput riasan pun ia taburkan, bermacam warna pada wajahnya, menambah sedap nya wajah ayu itu... samirah mulai lunglaikan kaki nya dengan lenggok yang amat sangat menawan. Siapa yang tak terkesan pada wajah ranum itu, siapa pun pria tak akan enggan mendekat ketika senyumnya mulai menebar pesona. Dengan rokok di tangan samirah mulai menjalankan misinya untuk menghilangkan hans... hanya hans semata.
***
Tin... tin... (mercedes benz mendekati samirah yang berjalan menylusuri trotoar itu)
“butuh tumpangan mirah” sang empunya mobil nampaknya kenal betul yang ia sapa.
“hai om rian”
“mau kemana kamu mirah?!”
“mau jalan-jalan aja oum”
“temenin oum malam ini gimana?!”
“eum... enggak deh oum. Mirah Cuma mau ngumpul ma temen-temen ngilangin suntuk oum”
“yah oum kecewa dong, padahal dari dua hari kemaren loh oum nyariin mirah, tapi nggak ketemu, sekali nya ketemu mirah nya nggak mau nemenin oum”
“adu... du... duh... oum... mirah minta maaf ya sayang, mirah kemaren habis sakit oum jadi nggak kong kow ma temen-temen. Mirah janji deh besok nggak ngecewain oum, besok – besok sih mirah bakal nemenin oum sampe oum nya yang bosan sama mirah, tapi jangan malam ini yah!... moud mirah lagi down oum...”
“iya deh mirah sayang, tapi oum minta sun dulu ya... muachhh, sampe ketemu besok sayang”
“dah... oum”
Lihat hans, ingin ku tunjukan bagaimana rengek seorang pria langsung di hadapmu agar aku menemaninya, ingin ku perlihatkan padamu sang raja pun takluk di bawah puan hanya dengan ke elokan peringainya. Lihat lah hans?!.... aku menang bukan?!...
***
“apa mimpi mu di akhir penutupan mata mirah?”
“aku tak pernah berangan sejauh itu hans?”
“kalo esok hari ?! ”
“pun juga esok hari aku tak pernah berharap jadi apa !”
“ tragis sekali hidup mu hingga kau tak punya mimpi mirah”
“ aku takut nanti jika tak tercapai kecewa hans, lebih baik ku nikmati saja jalan hari ini apa adanya bukan ?! . bejibun sekali tanyamu tentang mimpi ku hans. Kenapa ?!”
“ aku kira, bisa mewujudkan mimpi-mimppi mu meski satu jam mirah”
“kenapa harus begitu”
“aku mencintaimu mirah”
“ah kau hans, mulai bercanda, rupanya” enteng jawab samirah pada iring tawanya.
“aku mencintai mu samirah, sudah sejak lama. Sudah sejak satu tahun lalu saat ku menemukan mu di bukit bintang malam itu. Aku tertarik dengan mu, hingga ku cermati betul yang kau tautkan pada gurat pandang di bukit bintang ini. Aku mencintai mu samirah. Sungguh!... tak ada kebohongan dengan akal pada ucap ku, aku mencintaimu.”
“lantas?!”
“aku punya mimpi di akhir ku memejamkan mata!”
“apa itu?!”
“kau ada dalam tangismu di sampingku, pun juga aku punya mimpi di esok hari!...”
“?!” samirah hanya memandang hans.
“aku akan melamar mu dan menjadikan mu ratu di pelaminanku”
“kalau untuk hari ini?!”
“aku dapat mencium kening mu mirah”
Diam....
Diam....
(tanpa prolog)
Hans mulai berjelajah tangannya pada leher samirah, lembut, mereka mengawang pada balutan angan awan berselimut sutra,,, hanya melodi jangkrik di temani denyit bangku panjang perpaduan hans dan samirah...
Diam....
Diam...
Tak ada dialog lagi pada keduany.... hanya angin semilir sebagai saksi.
Usai malam, mentari mulai menyinari, hans pergi tanpa pamit, mirah terlelap pada bangku panjang nya.

No comments:

Post a Comment