Entah kenapa tak
terlelap mataku malam ini, kau masih menguasai fikirku, dalam putaran waktu,
kau mengganggu ku dengan rindu yang semu. Tiap malam ku selusuri waktu hanya
untuk menghilangkanmu, tapi kau tetap bersinggah dengan singasana baju kebesaranmu...
Ah hans!!! Aku selalu
menghardik sepi, karena ada narasi di tengah ku bermimpi...
Aku benci malam hari,
karena dengan pendar bintang kau bersemayam di antaranya. Padahal telah ku
buang jauh adamu dari hidupku, karena denganmu ku tau bahagia tak singgah di
hadapku. Kau tau hans?! Sengaja ku memilih lain hati agar kau terhengkang dalam
kisah yang akan ku banggakan di akhir cerita (karena aku telah memenangkan hati
dan tak terkalahkan olehnya). tapi alam sadarku berkehendak lain rupanya,
pemeran pengganti itu selalu tak kuasa berganti rupa seperti mu. Hingga ku
sandingkan pemeran lain . dan ku buang ketika aku bosan.
Kau kuasai malam ku
hans!!!... dan aku jengah dengan semua, aku sengaja mempersibuk diri, hingga
waktu pun berputar tanpa aku ketahui. Tapi di senggang waktu kau selallu muncul
dalam pelupuk mataku. Dan aku muak dengan hadirmu yang secara tiba-tiba hans,
aku lelah dengan kepalaku yang selalu bercerita dan mengembalikan ingatan
tentang kamu.bagaimana pun caranya aku menipu diri, tetap kau tak
termanipulasi.
Cepatlah pergi
hans!!!...
Cepatlah berlalu
seperti angin, bukankah kau membelaiku hanya sejenak?! Lalu kita kehendaki agar
segalanya terakhiri.
Tapi kenapa?! Aku
selallu Bersibuk ria dengan hatiku yang ku kira telah mati,,,,,
***
Samirah lalu membanting
diri pada kasur yang ia tak kehendaki, karena di tempat itu dia selalu mengembalikan
luka hati yang menganga karena hans. Hans yang pernah mengisi harinya dengan
lantunan puisi-pusi yang ia kenang setiap hari.
hujan masih membasahi bumi, dari sudut jendela kamar, percik air tergenang pecahkan sepi lantunan sunyi samirah. samirah masih menengadah dengan kenangnya samirah masih pada rengkuh mutiara pipinya, sedu sedan, ia tenggelamkan pada bantal yang setengah kumal.
ah!!!...
hans...
kenapa kau berganti rupa saat ku mulai menuai rasa. dulu berjejal sekali segala kata manis yang melambungkanku. dulu bergumul sekali laku mu yang menarik perhatianku, tapi kau hengkang tanpa berkabar...
***
“Kau selalu cantik di
tengah riuh irama bintang.
Wajahmu membentuk
singgasana sendiri pada pendarnya
Tau kah kau?! Hati ini
bergemuruh ketika ku menatap malam? Ada kau yang melebihi sang penerang bernama
bulan itu.”
Sebuah pesan singkat
masuk pada ponsel samirah, samirah membacanya namun terkesan jengkel pada raut wajahnya.
Hans (sang
pengirim pesan singkat itu) tersenyum di satu sudut sisi kamarnya
Arghhhhh!.... apa lagi
yang kau inginkan hans, hilang mu kian lama telah bekas kan sebuah luka amat
dalam. Apa lagi yang kau mau hans?!... muncul mu tak lagi membuat ku terobsesi
seperti dulu untuk jadikan dirimu milikku seutuhnya, enyah kau hans! ....
hilanglah dari hidupku. Tak usah kau bermain peran kembali dalam kehidupan ku.
(samirah menggerutu) ia banting hand phone dari genggamannya, ia kenakan baju
agung malamnya. rok amat mini, singlet, serta sepatu ber hak tinggi, tak luput
riasan pun ia taburkan, bermacam warna pada wajahnya, menambah sedap nya wajah
ayu itu... samirah mulai lunglaikan kaki nya dengan lenggok yang amat sangat
menawan. Siapa yang tak terkesan pada wajah ranum itu, siapa pun pria tak akan
enggan mendekat ketika senyumnya mulai menebar pesona. Dengan rokok di tangan
samirah mulai menjalankan misinya untuk menghilangkan hans... hanya hans
semata.
***
Tin... tin... (mercedes
benz mendekati samirah yang berjalan menylusuri trotoar itu)
“butuh tumpangan mirah”
sang empunya mobil nampaknya kenal betul yang ia sapa.
“hai om rian”
“mau kemana kamu mirah?!”
“mau jalan-jalan aja
oum”
“temenin oum malam ini
gimana?!”
“eum... enggak deh oum.
Mirah Cuma mau ngumpul ma temen-temen ngilangin suntuk oum”
“yah oum kecewa dong,
padahal dari dua hari kemaren loh oum nyariin mirah, tapi nggak ketemu, sekali
nya ketemu mirah nya nggak mau nemenin oum”
“adu... du... duh...
oum... mirah minta maaf ya sayang, mirah kemaren habis sakit oum jadi nggak
kong kow ma temen-temen. Mirah janji deh besok nggak ngecewain oum, besok –
besok sih mirah bakal nemenin oum sampe oum nya yang bosan sama mirah, tapi
jangan malam ini yah!... moud mirah lagi down oum...”
“iya deh mirah sayang,
tapi oum minta sun dulu ya... muachhh, sampe ketemu besok sayang”
“dah... oum”
Lihat hans, ingin ku
tunjukan bagaimana rengek seorang pria langsung di hadapmu agar aku
menemaninya, ingin ku perlihatkan padamu sang raja pun takluk di bawah puan
hanya dengan ke elokan peringainya. Lihat lah hans?!.... aku menang bukan?!...
***
“apa mimpi mu di akhir
penutupan mata mirah?”
“aku tak pernah
berangan sejauh itu hans?”
“kalo esok hari ?! ”
“pun juga esok hari aku
tak pernah berharap jadi apa !”
“ tragis sekali hidup
mu hingga kau tak punya mimpi mirah”
“ aku takut nanti jika
tak tercapai kecewa hans, lebih baik ku nikmati saja jalan hari ini apa adanya
bukan ?! . bejibun sekali tanyamu tentang mimpi ku hans. Kenapa ?!”
“ aku kira, bisa
mewujudkan mimpi-mimppi mu meski satu jam mirah”
“kenapa harus begitu”
“aku mencintaimu mirah”
“ah kau hans, mulai
bercanda, rupanya” enteng jawab samirah pada iring tawanya.
“aku mencintai mu
samirah, sudah sejak lama. Sudah sejak satu tahun lalu saat ku menemukan mu di
bukit bintang malam itu. Aku tertarik dengan mu, hingga ku cermati betul yang
kau tautkan pada gurat pandang di bukit bintang ini. Aku mencintai mu samirah.
Sungguh!... tak ada kebohongan dengan akal pada ucap ku, aku mencintaimu.”
“lantas?!”
“aku punya mimpi di
akhir ku memejamkan mata!”
“apa itu?!”
“kau ada dalam tangismu
di sampingku, pun juga aku punya mimpi di esok hari!...”
“?!” samirah hanya
memandang hans.
“aku akan melamar mu
dan menjadikan mu ratu di pelaminanku”
“kalau untuk hari
ini?!”
“aku dapat mencium
kening mu mirah”
Diam....
Diam....
(tanpa prolog)
Hans mulai berjelajah
tangannya pada leher samirah, lembut, mereka mengawang pada balutan angan awan berselimut
sutra,,, hanya melodi jangkrik di temani denyit bangku panjang perpaduan hans
dan samirah...
Diam....
Diam...
Tak ada dialog lagi
pada keduany.... hanya angin semilir sebagai saksi.
Usai malam, mentari
mulai menyinari, hans pergi tanpa pamit, mirah terlelap pada bangku panjang nya.
No comments:
Post a Comment