Apa yang kau maksud keindahan?
Jika kau hanya jadikan ku pemuas pandangan.
Apa yang kau maksud akulah sumber kebahagiaan?
Jika aku hanyalah pemuas nafsu dalam selimut – selimut sutera yang kau persembahkan.
Inikah yang kau sebut perempuan?
Jika itu yang kau maksud...
Ijinkan aku berhenti menjadi perempuan !!!....
Samirah menangis, air matanya tergenang tumpah ruah mengisi relung bumi, bukit dan lembah basah seketika. Palung - palung tanah menampung air tiba-tiba. Mengalir ke ruang ruang lepas di sekitarnya, menyelusuri pori bumu, akar - akar pohon dan mengelir ke samudra lepas.
Samirah menangis, awan - awan beradu menutup matahri, menenggelamkan cahayanya di ketiak mega. Jari - jari langit mengikat angkasa dengan siraman kilat kait - mengait mendesak debu-debu yang terbang, menghitamkan alam.
“aku ingin berhenti menjadi perempuan”!!!... sentak gelegar genderang serentak bertalu talu dari langit. Telinga telinga yang ada di langit dan di bumi memusut ke puncak dan membuka daunnya lebar - lebar.
“ya aku ingin berhenti jadi perempuan” samirah mengulang pernyataan sambil tetap membiarkan guliran-guliran air menyelinap di cekungan pipi ranumnya.
“kau sadar yang kau ucapkan?!.. ”
“ya!”
Lantang samirah menjawab dalam nanar mata merahnya.
“pernyataan mu memekakan gendang telinga alam ini”
“apa peduli mereka”?
“kau satu - satunya lagi perempuan di bumi ini. Kalau kau berhenti jadi perempuan, siapa lagi yang jadi perhiasaan di bumi ini? Hanya kamu satu - satunya yang ada”
“ itu lah egois nya kau, egois nya lelaki!”
“uhup!!... Bukan begitu maksud ku...”
“ aku harus berhenti jadi samirah, berhenti jadi perempuan1” sergah samirah.
Lobang di sudut mata nya makin meluas, air matanya mengalir begitu jauh dari talang, jauh menyirami apapun di bawah nya.
“eh ... tapi... samirah..”
“ apa hak mu menahan ke inginan ku?!”
“Aku tidak menahan ke inginan mu, tapi aku hanya ingin kau memikirkan kembali rencana mu itu”
“Aku sudah pikirkan masak-masak”
“sejak kapan?”
“sejak aku merasa aku tak mampu lagi jadi perempuan”
“kau masih mampu! Kau masih di perlukan samirah”
“di perlukan untuk menahan keperluan kalian, laki laki ?! ”
Suara samirah makin parau-seperti suara angin yang makin mendera atap-atap langit. Tangisan nya benar – benar menguras energi. Seluruh sendi tubuhnya melemah, tidak ada yang lain lagi di gerakan kecuali pundi pundi air mata nya, yang tak pernah kering, samirah terus menangis...
“aku bersedia menjadi perempuan karena kukira perempuan lebih mulia”
“loh?!... bukankah kau tlah di mulia kan?!”
“aku bersedia menjadi perempuan,karena kukira menjadi perempuan lebih terhormat”
“ kau memang sangat terhormat di sini, samirah!”
“mulut mu!!!”
“ kau satu satu perempuan di sini, tak ada makhluk di bumi ini yang berhak mendapatkan kemuliaan dan kehormatan menyandang ‘empu’ perempuaan”
“laki laki dimana mana mulutnya sama busuk nya seperti mu”
Samirah menahan mulutnya menahan kegeraman suara-suara di sekitarnya.
“berabad abad aku menjadi perempuan, meninggalkan surga bersama kau, tapi apa pernah aku merasa di perlakukan menjadi perempuan”
Samirah kembali menumpahkan kegelisahan nya...
“berabad abad aku menurut diri jadi perempuan. Berpuluh - puluh tahun lulur, meneteskan jutaan embun pengharum, dan berkeping-keping telaga cermin, tapi tetap kalian menganggap ku bukan sebagai perempuan?!”
“ah!! Itu hanya anggap pan mu samirah, selama ini kami tetap menganggap mu dan memperlakukan mu sebagai perempuan, bukan kah selama ber abad abad ini kami selalu memenuhi persyaratan mu menjadi perempuan?!!”
Suara suara itu melanjut kan lagi ekspedisi nya...
“bukan kah kami telah memberikan kain indah sepanjang pelangi di langit, bukan kah kami juga gelar permadani di bumi untuk kau injakan sepatu terindah? Bukan kah kami pun telah pilihkan sebuah peraduan yang tiang- tiang nya dari pohon-pohon jati pilihan dan kasur nya di ambil dari gumpalan gumpalan awan agar tetap empuk untuk kau rebahi sepanjang bumi ini masih berputar?”
Wajah samirah beringas. Rona wajah nya seperti darah karena terus di lewati air mata nya...
“kau memberikan semua nya untuk ku bukan untuk ku, tapi untuk kesenangan mu, laki laki!! Kau menyiapkan segala nya untuk ku pakai sebagai perempuan, bukan untuk ke indahan ku, tapi untuk keindahan pandangan mu, hingga membuat nafas makin memuncak”
“ aku tak mengerti maksud mu samirah”
“ kau tak kan pernah bisa mengerti aku... mengerti perempuan!!... kau meminta minta pada tuhan untuk di sediakan teman, sehingga tuhan menciptakan ku dari tulang rusuk mu,tap nyata nya aku tidak pernah kau jadikan teman, aku hanya kau jadi kan sebagai santapan empuk mu... dasar aki laki!!”
Emosi samira makin memuncak
Di lepas nya lipatan kaki nya yang sedari tadi menggantung di bibir ranjang. Di lempar nya keras keras sendi-sendi kaki nya hingga memecah gelombang gelombang genangan air, yang sudah melumat ujung jari nya.
“laknat kau laki laki!!...”
“samirah?! Kau sadar apa yang kau ucap kan?,.. kau perempuan, tak sepantas nya kau mengucapkan kata kata kotor dari mulut mu, bukan kah kau penyuka kata kata ‘sayang peluk aku, sayang ciumi aku, bukan sayang bukan begitu, bukan... bukan begini”
Suara-suara makin menjengkelkan, jantung samirah seperti mau meledak menahan kejengkelan itu.
Dan samirah merasa waktu hampir habis dia harus hentikan diri nya sebagai perempuan.jari jari tangan nya mulai membuka seperti hendak mencakar cakar
“apa yang ingin kau lakukan samirah?!”
Samirah tak menjawab, mulut nya seolah terkunci, dan benar benar terkatup.
“samirah sadar samirah... alam ini masih memerlukan mu, percayalah... kau lupa samirah! Sebagai perempuan kau pernah menjadi ratu bulu tangkis yang cantik dan kaya, kau pernah jadi cleopatra yang diperebutkan pemuda-pemuda satu negeri, kaupun pernah jadi bunda theressa yang bijak dan penolong.kau juga...”
“sudah!! ... sudah!!... jangan teruskan,,,, “ samirah menyanggah bulat bola mata nya hingga hendak meloncat.
“tapi samirah...”
“diam!”
Sepanjang apapun hidup ku, pernah jadi apapun aku,di balik itu aku tetap menjadi perempuan yang kau perbudak, yang harus membuka pakaian kebesaran dan bertelanjang bulat didepan mu, untuk kemudian kau santap seperti macan lapar yang kemudian bertemu sepotong daging di tengah hutan!!
Suara samirah sudah menyeruak ke angkasa, memcah langit langit ke dukaan...
Samirah mulai menggerakan tangan nya,yang sudah siap mencakar secepat nafas nya, kuku kuku jari tangan nya mencabik cabik sutra yang memungkus badan nya,satu persatu benang emas terlepas dari helai helai, rajutan kain baju nya. Makin cepat tangan nya merobek robek busana tubuh nya, dan makin terlihat kulit mulus tubuh nya, dan hilanglah segala pembatas pandangan dari kulit indahnya,
“sa...sa... mirah?!...
Mata mata nyalang sekeliling alam menelan air liur, menikmati ketakjuban tubuh indah samirah...
Samirah tau apa yang ada di kepala mereka, melihat diri nya bugil tanpa helai benang pun, tetapi samirah tak peduli. dia tanggal kan kelaminnya dan berkata
“selamat tinggal perempuan...!
No comments:
Post a Comment