Lalu apa yang akan dikatakan norma hawa
Bila ia melihat aku yang berlomba merebut cinta
Karena keyakinanku dengan arti rasa
Benarkah pantas aku didalam peluknya
Mafkan aku hawa…
yang terlalu berfantasi ria
Dengan kebenaran fana logika yang kucipta.
Entah bagaiman kebenaran rasa hati ini mengikatku erat dalam jerat peluk penentang norma. Norma yang menyekik batinku dan menghakimiku pada tanduk laku dunia cinta yang salah. Dunia cinta yang kita cipta dunia cipta didalam cinta.
Aku masih terpekur dalam gamang malamku. apa yang salah dengan diriku? Mamah bilang aku sudah kebablasan sebagai wanita karier.
“nduk, wanita itu artinya wani di toto, dan sejak lahir kamu sudah mempunyai kodrat nak, sudah ada digaris tanganmu. Dulu kamu minta kami meneruskan sekolah kami menginjinkan, kamu mau bekerja dan melanglang duniapun kami perbolehkan. Sekarang akan lebih lengkap jika mamah merestui jalan hidupmu untuk langkah selanjutnya, kau mengertikan bunga?” mamah masih dengan petuahnya, mamah masih dengan belaian lembut tangannya di atas kepalaku. Sedang aku masih dalam keterpekuranku.
Mamah ku seorang yang bersifat jawa sekali menurutku, tidak jauh beda dengan papa. Nilai-nilai tradisionalnya sangat di pegang erat sampai jaman moderen saat ini. Mama bilang aku sudah kelewat batas. Batas-batas yang sebenarnya ada dalam cipta kebenaran beliau sendiri, batas-batas yang mamah terapkan kepadaku anak perempuannya satu-satunya. Sedangkan papah hanya mengiakan apa kata mamah… wajarlah kalau logikaku tak mempunyai pembela dan harus menrut apa kata mereka.
“ namamu bunga nduk, wangi cantik sepert rupamu. Mamah itu ngasih nama kamu bunga bukan tampa maksud, kamu tau arti bunga? Dia selalu membawa keindahan dan ketenangan bagi yang mencium wanginya. Dia tanda cinta umat manusia, arjunapun saat melamar dewi sumbarda memakai bunga. Lalu mana arjunamu nduk?!” aku masih di pangkuan mamah, kata-katanya seolah sabda yang harus kutelan mentah-mentah.
Dan wejangan it uterus bergulir menghiasi hariku dari mulai bulan lalu, dari mulai aku menengok mamah di jogja. Sekarang semuanya seperti kloase yang terus terputar ulang menemani lamunku. Namun seperti biasa pagi ini kuputuskan untuk berjejal di kota metropolitan ini mencari kesenangan dan kegemaran.
Ketika Jakarta sudah di penuhi dengan bising klakson. Di bawah lampu kuning aku terhenyak dan bergegas menyetir kembali . pagi ini aku tetap berkutat pada jejalan jalan dengan genggaman setir mobil yang melelahkan. Siang ini ternyata tidak sesuai dengan impianku pagi tadi. Menyempatkan waktu menemui rian menemaninya makan siang sepertinya awal dari kesalahan yang kubuat. Entah dia dapat wangsit darimana dia memintaku untuk menikah dengannya. Aku tersedak dengan makanan yang masih memenuhi mulutku, mencari kebenaran dengan menatapnya dan tak menjawab apapun dari mulutku.
“ besok aku ke jogja bunga untuk menemui mamah papamu dan melanmarmu sekarang ku harus buru-buru kembali kerja habiskan makananmu ya… aku saying kamu” dia meninggalkanku dengan kecupan hangat di kening. Namun tetap hambar… tetap tak sehangat kecupan dia yang menguasai hati.
***
Aku berjelajah dalam jalan macet ini, ungkapan rian masih seperti kaset yang memutar ulang dalam pikiranku. Dan aku tau disaat aku gamang aku harus mencari siapa.
“ kau ada dimana? Aku ke apartemenmu ya? I need you…
Suara di sebrangpun seantusias menjwab telfone ku. Aku masih menjelajah jalan denga stir mobilku. meramu rindu dalam jelajah jari yang menjadi candu. Dan teruap dengan temu.
Sampai di tempat yang kutuju, aku tersambut hangat dengan senyum manisnya, dia mempersilahkanku masuk menjadikanku ratu dalam peluk hangat dan belaianya, wanginya, wangi ruangan ini memang memberikan keteduhan tersendiri bagiku. Solahtampa dosa kita bergumul pilu.
“ dia bilang dia akan ke jogja menemui mamah papa, aku tidak tau mengapa otaknya bisa berlubang dan memutuskan untuk menikahiku”
“ lantas kau bilang apa sayang”
“aku tak bilang apa-apa, lagi pula keputusannya seolah tak membutuhkan jawabku. Kita memang sudah cukup lama saling mengenal, dan mempunyai hubungan sebagai kekasih. Tetapi aku tak serius dengan hubungan itu”
Layaknya anak yang sedang mengadu aku bermanja ria dalam peluknya.
“ kau mungkin tidak, tapi nyatanya dia serius, lalu gimana langkahmu kedepan saying?”
“ aku tidak tau…. Aku masih tetap hanya mau denganmu, aku tak butuh dia”
Kepalaku yang terasa berat, ku sesapkan didadanya. Nyaman sekali. Rasanya hilang sudah beban di hatiku, bersama dengan usap lembutnya dirambutku, aku tau dia hanya untuku. Begitupun aku yang tak mau dimiliki oleh lainya, rian ataupun siapapun. Aku tak kehilangan pelukan ini.
“ aku tidur disini ya?”
“benar kau tidak apa-apa?”
“kau taukan? Aku sangat senangtidur di temani pelukanmu”
“mmm …. Maukah kau membelaiku sampai aku tertidur?”
“ bunga… aku akan membelaimu di setiap jengkal tubuhmu sampai kau tertidur, aku akan tetap mendekapmu sampai pagi menjemput nanti”
Dia membisikan pelan kata hangat ditelingaku. Belaian di kepalanya perlahan-lahan meneuruni lekuk-lekuk tubuhku. Aku selalu jatuh cinta dalam kehangatanya, selalu jatuh cinta dengan kelembutan dan ketegarannya. Dan karena aku jatuh cinta padanya, aku harus menikah dengan rian. Dan semakin aku jatuh cinta dalam peluknya, aku semakin sadar akan norma hawa yang makin menghakimi kesalahanku menikmati kehangatn cinta ini.
***
Mamah dan papah memancarkan kebahagiaan yang tak terkira ketika aku datang kejogja dengan membawa rian dan mengukapkan tujuan kedatangannya untuk melamarku. Seolah mendapatkan lotre yang tak terkira, mereka senang dan terapresiasikan dengan pancaran kebahagiaan yang tak terkira.
“bunga cah ayu’ terimakasih nduk kamu mau mendengarkan mamh untuk menikah terimakasih karena telah membawa arjunamu kemari untuk menemui papah mamahmu. Mamah bisa lihat dia cinta sekali denganmu, sepertianya kamu akan bahagia dengan rian. Mamah yakin dari sikap rian dia orang yang bertanggung jawab”
Setelah mengatakan itu, mamh mengecup dan memelukku, lalu mamah beranjak pergi ke kamarnya. Sedangkan aku tetap duduk dikamarku di pinggir jendela yang menghempaskan langit luas, aku kembali menatap cermin mengapai foto-foto nostalgia aku dan dia,,, butir bening mutiara tak terasa memenuhi sudut mataku… hingga aku menagis dan mengumpat tuhan atas normanya yang menyekikku… demi tuhan… aku merindukanya…
Persiapan pernikaha sudah selesai 3 hari lagi aku akan menjadi boneka yang pasrah mau didanadani bagaimanpun. Dengan penuh kesadaran aku mengrutuki aku yang pasrah dengan hiasan-hiasan ini, sedangkan ray bisa santai dan hanya merangkaikan kata untukku atas kebahagiaannya dapat meminangku. 4 abdi dalem suruhan mamah mengurusiku, dia menyiakan kamar mandi dengan berbagai macam aroma bunga, mengoleskanku lulur dan memberiku berbagai jamu yang tak kusuka aroma dan rasanya, belum selesai penjelajahan abdi dalem mengurusi tetek bengek untuk mempecantiku ku, ibu mengantarkan tamu yang sangat ku kenal aroma tubuhnya… dia cintaku. Dia buah rinduku.
“ nduk… ini ada nirina sahabatmu. Dia juh-jauh datang untuk menemuimu . katanya mau membantu persipan pernikahanmu.”
Ku pandangi dia senyum manis hangat itu kutemukan lagi. Luap sudah beku yang kuramu.
“nah nirina, mamah pamit duluya, anggap aja rumah sendiri, kalo butuh apa-apa, mamah di belakang”
“pasti mah, nirina juga sudah hafal rumah ini dan sudah menganggap mamah. Seperti mamah nirina sendir”
Semua abdi dalem meninggalkan ruang kamar persegiku, meninggalkan kita berdua dengan kerinduan yang menggebu. Suasana pengap, kesal dan resam kini hilang menguap seperti layaknya embun yang terjemput dengan terik matahari.
Tampa kata dia mendekatiku dari pembaringan tempat tidurku, masih dengan lulur yang membasahi tubuh…. Aku mendekapnya… aku meronta resam dihati . akupun merajuk manja didalam peluknya.
“ aku tak mau menikah dengan rian…”
“ tapi bukan itu yang kau katakana pada rian dan orang tuamu”
“ya… karena aku tak bisa mengatakannya kepada mamah, kepada rian kalau aku mencintaimu sayang. Mengertilah perasaanku”
“maaf, aku tau kita berdua terluka”
Dia berdiri dari dekapku, menutup pintu menutup cahaya rapat mataharii dari ruang pentilasi kamarku.
Kembali dia mendekap erat tubuhku. Kini jelajah rindu terungkap dari jari jemarinya.percakapan ini kututup dengan pelukan di balik punggungnya. Aku mulai mencintainya 5 tahun lalu saat kita bertemu di universitas. Untukku, dia adalah mutiara ditengah pualam yang memberiku kegelapan. Aku mencintainya saat kepercayaanku hilang dengan segala penghianatan kaum adam,,, aku mencintainyadengan rambut panjangnya yang sama panjangnya denganku, aku mencintai tangan lembutnya yang sama lembut denganku. Aku mencintai buah dadanya yang sama dengan buah dadaku. Aku mencintainya… mencintai nirina anggraini wanita karier yang berumur 27 tahun dengan segala kecantikannya… aku mencintainya dengan dunia cipta dalam tentangan norma hawa…
Cirebon 22/ 11/ 2010
01: 33 WIB
No comments:
Post a Comment